ONE CONFESSION PART 16 (END)

One Con 4

  • Judul : One Confession Part 16 end
  • Penulis : Diah Ayu Romadhon
  • Genre: Romance

Ini part terakhir dan aku saranin kalian baca ini sambil denger lagu Cold Play – Fix You. Semua dukungan saran dan kritik aku ucapin makasih banget. ^^ Cuma itu aja sih. sekian dan terimakasih~

~oOo~

Kami memasuki sebuah apartement di kawasan kota London. Ini memang terasa tidak benar tetapi kenyataannya adalah aku pasrah mengikuti kemauan Marcus. Ku pikir saat dia bertanya padaku tentang apa yang ingin ku makan dia mengajaku ke restoran atau cafe, ternyata dia mengajak makan di apartementnya. Ini sangat langka. Aku memang belum pernah sekalipun datang ke tempatnya. Lucu bukan ketika hubungan ini sudah lebih dari sekedar teman atau rekan kerja. Apartement ini memiliki nuansa hitam putih dengan semua prabotan yang di tata rapih. Untuk ukuran seorang laki-laki ruangan terlihat sangat bersih dan nyaman.

“Ayo kesebelah sini, aku sudah sangat lapar.” Marcus menarik pelan tanganku menuju sebuah meja bar kecil.

“Kau sudah memesan makanan?” tanya ku. Melihat banyak sekali makanan di atas meja makan. Ku pikir dia akan memasak makanan instan atau memesan makanan.”

“Tidak. Tapi saudara laki-lakiku dan kekasih nya yang memasak. Mereka memiliki hobi masak tetapi tidak hobi makan. Cobalah, kau akan terkesan. Kau ingin wine?”

“Tunggu. Kau mempunyai kakak laki-laki?” aku lebih tertarik tentang kenyataan dia memiliki saudara laki-laki dari pada makanan atau winenya.

Dia mengambil sebotol wine dan menuag kedalam gelas. “Ya, kadang-kadang dia disini tapi tidak jarang juga dia menginap hanya sekedar memantau ku.” gumamnya. Dia sudah mulai makan sangat lahap. Benar sekali pria ini sedang kelaparan. Kapan dia terakhir kali makan? Ya tuhan.

“Aku benar-benar tidak percaya. Kita bahkan sangat dekat tetapi aku tidak tahu kalau kau memiliki saudara laki-laki, apa kau fikir itu normal Marcus? Ini terlihat seperti kau sedang menipu ku. Sebenarnnya apa yang sedang ada di fikiran mu itu?” ingin sekali rasanya aku membengkokan garpu yang berada di depanku. Emosi sedang meledak di ubun-ubun kepala ku.

“Aku tidak tahu kalau sesuatu seperti itu membuat mu tidak nyaman. Aku minta maaf Ana. Aku bisa mengenalkan mu dengan keluarga ku. Bagaimana?” Marcus terseyum di sela-sela ucapannya. Pria ini memiliki banyak ekspresi dalam satu waktu. Dia menghentikan makannya. “Tunggu dulu, kau terkejut aku punya saudara laki-laki Ana, oh tidak jangan bilang kau lupa, hei aku pernah memberi tahumu tentang itu,kau lupa Ana?” dia menggelengkan kepalanya.

“Tidak. Kau membela diri dengan cara seperti ini?” aku mengingat-ingat pernahkah dia memberitahuku atau tidak.

Tiba-tida terdengar suara derapan langkah, dengan refleks aku membalikan tubuh dan terkejut dengan keberadaan seorang pria yang begitu familiar diingatanku berjalan mendekati kami dengan seulas senyum yang tidak dapat di artikan sambil melambaikan tangan pada kami. Ya tuhan itu Mr. Rick Edswan. Dengan memakai t-shirt biru tua dan jeans selutut sangat berbeda saat dia berada dikantor, tampak bukan seperti seorang CEO melainkan pemuda tampan yang manis. Aku semakin terkejut lagi saat seorang wanita muncul membuntuti lelaki itu, rambut nya di urai begitu saja dan terlihat sangat cantik. Aku berasumsi sendiri kalau wanita cantik itu adalah kekasihnya, ku pikir Mr Rick tidak pernah tertarik dengan wanita, bukan tidak tertarik maksudku dia tidak begitu perduli dengan wanita.

“Hai Ana bagaimana rasa bacon itu.” laki-laki itu berjalan ke mini bar dan mengambil sebotol wine.

“Oh Mr Rick. Astaga kau disini?” benar-benar tidak bisa menahan rasa terkejutku. ”Dan bacon? Oh iya umm ya ini sangat enak.” Aku cepat menjawabnya, aku merasa gugup dengan kedatangan bos ku tiba-tiba.

“Ya bagus silahkan nikmati.” Dia berjalan ke arah wanita itu dan menyuruhnya memegang gelas sedang Mr Rick memegang sebotol wine.

“Marcus, itu Mr Rick dan dia berada disini? Bersama wanita?” bisik ku.

“Iya, dia kakak laki-laki ku, dan itu Letty tunangannya.” Marcus menjawab. Aku terkejut dengan jawabannya. Tetapi untuk saat ini aku hanya menganggukkan kepalaku. Jadi Marcus dan Rick adalah saudara? Astaga, ini akan menjadi berita besar mengingat seluruh kantor tidak ada yang mengetahui hal ini.

“Halo Ana. Aku Letty, senang bertemu dengan mu.” wanita itu tersenyum padaku. Cantik. Sangat cantik, aku tidak bercanda.

Aku tersentak kaget dengan sapaan wanita cantik ini.

Sangat ramah dan aku membalas. “Hai Letty aku juga senang bertemu denganmu. Masakan mu enak.” Aku tersenyum sedikit paksaan. Jujur saja aku masih begitu kaget ternyata bos ku adalah saudara kekasih ku.

“Rick juga yang membuatnya.” Lalu tatapannya beralih ke Marcus. “Hei kau akhirnya makan juga Marcus. Ku pikir kau sudah tidak ingin makan lagi.” Canda Letty sambil dia tersenyum.

Marcus terkejut menatap garang Letty kemudian menatap lagi Mr Rick. “Mulut mu begitu besar Rick.” Cerca Marcus.

“Hei kau marah padaku? Ayolah Marcus aku tidak sadar berbicara seperti itu dengan Letty.” Rick tertawa. Inilah sosok Mr Rick yang sangat ku hormati begitu berbeda saat dikantor menggunakan ssetelan jasnya.

“Kau tidak boleh seperti itu Marcus, dia hanya bercerita pada ku betapa sulit mempunyai adik laki-laki yang keras kepala seperti mu.” Letty membela Rick.

Marcus pura-pura marah. “Oh sangat bagus dan terimakasih Rick sudah begitu perhatian pada ku, dan sekarang bisakah kalian berdua pergi dari sini? Atau pulang saja kerumah mu atau Letty, kalian bebas berduaan tanpa harus mengganggu ku. Ini menyebalkan” gerutu Marcus.

“Rumah ini aku yang menyewakan untuk mu, jangan mengusirku bocah.” Jawab Rick santai. Mereka berdua tertawa lalu kembali berlalu sepertinya menuju balkon. Aku memperhatikan mereka dan otakku telah selesai mencerna apa yang sedang terjadi. Dan ini adalah sungguhan.

“Kau berbohong Ana.” Marcus berbicara pada ku saat Letty dan Rick sudah menghilang.

“Aku?” tanya ku “Berbohong apanya?”

“(Hai Letty aku juga senang bertemu dengan mu. Masakan mu enak.)” Marcus menirukan suara ku yang dibuat-buat membuat ku kesal.

Aku mendengus “Aku menjaga perasaannya kau tahu itu. lagi pula bagaimana bisa aku makan dengan keadaan seperti ini.” Sanggahku.

Hening dan ekspresi Marcus berubah menjadi serius “Itu juga berlaku untuk ku Ana. Aku hanya menjaga perasaanmu.” lirihnya.

Menjaga apanya. “Itu berbeda, Marcus”

“Dengar, aku tidak pernah bermaksud menyembunyikan apapun dari mu hanya saja aku tidak pernah menemukan sesuatu yang pas untuk ku ungkapkan dan saat aku merasa kau sudah nyaman padaku dan begitu sebaliknya aku bertanya-tanya harus kah aku memberitahumu atau melupakan semua dan mulai menikmati hidupku denganmu.” dia berhenti menatapku sejenak.

“Kau masih mempunyai kekasih Marcus, bagaimana bisa kau melupakan itu?” tanya ku. Aku yakin otaknya sudah tidak waras.

“Kekasih?” dia tertawa hambar. “Asal kau tahu, dia bahkan tidak pernah menganggapku ada. Kami tidak pernah bertemu. Hanya beberapa kali dan itu tidak lama.”

“Tetap saja kau masih memiliki setatus dengan nya. Bagaimana dengan Anne? Kalian tidak putus secara baik-baik dan membuat wanita itu masih mengejar-ngejar mu.” Ini sungguh membuat ku gila.

“Mereka berdua berteman sangat baik kemudian sesuatu terjadi.”

Terkejut lagi dengan fakta ini. Mereka berdua berteman dan berhubungan dengan satu pria yang sama. Marcus pasti tidak punya otak, bagaimana bisa dia melakukan semua ini.

“Hei jadi Anne adalah kekasih mu lalu setelah itu kau berkencan dengan Swetty mu itu? Astaga ku pikir otak mu berada di lutut sehingga kau sulit berfikir.” Aku menggelengkan kepala ku tidak percaya dengan ini semua.

Dia mendesah pasrah. “Begitukah sudut pandangmu saat mendengar cerita dariku?” dia berkata seperti itu seakan-akan dirinya sedang sangat terluka.

“Ya. Kau bajingan nya.” Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku. Terkutuklah aku saat mengatakan kalimat kasar untuk seseorang yang ku cintai.

“Hei, kepala cantikmu itu terlalu cepat berasumsi, Ana.” Dia tertawa hambar. “Mereka orang yang berbeda. Swetty bukan kekasihku, dia adalah temanku dan teman mereka berdua juga.”

Bukan? Oh ya benar pria didepan ku ini adalah seorang playboy ternyata. Memiliki banyak teman wanita yang masih menempel padanya seperti lintah. Sial kalau Alice tau aku yakin dia akan marah besar.

“Saat itu aku datang ke sebuah tempat stasiun radio swasta London lalu aku bertemu dengan Katie yang kebetulah dia adalah seorang penyiar, kami berkenalan dan saat itu datang temannya Anne.”

“Katie? Tanya ku.

“Ya, sweety adalah Katie Carvert.” Marcus menjelaskan.

Aku memutar bola mata dengan pengakuannya barusan. “Lihat dirimu Marcus, kau mempunyai panggilan kesayangan dengan wanita itu.” nada suara ku sudah kecewa. Kesal dan merasa lelah.

“Maaf…”

“Lalu kau akhirnya tertarik dengan Anne lalu kalian berkencan. Begitu?” aku memotong ucapannya. Saat ini aku tidak ingin mendengar kata-kata maafnya.

“Ya. Kami berkencan aku menyukainya secara tulus tetapi wanita itu selingkuh.”

Aku mencibirnya. “Jadi karena Anne selingkuh lantas kau memacari temannya?Kau terlihat menyedihkan.” Aku menggelengkan kepala dan menatapnya sarkasik. “Kau tau itu tidak waras Marcus.” tambahku.

Dia tertawa “Sok tau.” Dia mendengus. “Laki-laki yang menjadi selingkuhan Anne adalah senior Mia saat kuliah. Mia sebenarnya ikut andil disini. Dia membantu Anne lalu lama-lama Mia mendekati ku dan memberitahu ku semuanya. Jadi Anne dan Mia sepakat kalau Anne berhasil mendapatkan senior Mia, dia berjanji akan membuat ku dan Mia berkencan. Lihat aku disini seperti barang, bukan?” dia menghempaskan tangannya ke udara sebagai ekspresi kecewa, putus asa, dan tatapannya mendadak seolah menjadi berwarna hitam. Gelap tidak dapat di tembus.

Aku menatapnya simpati. Benar Marcus adalah seorang yang dipermainkan, diperlakukan seperti barang ketika mulai tulus menyayangi seseorang. Aku menghela nafas tidak tahu harus bersikap bagaimana. Aku menggigit bibir ku dan menatapnya. “Ya kau terlihat menyedihkan.” Lirih ku.

Marcus mendengus kesal. “Saat itu aku marah dan ya akhirnya aku berkencan bersama Mia. Setelah aku tau sifat dan kepribadiannya yang awalnya aku hanya ingin mengikuti permainan ini lambat laun aku menjadi menyukainya. Terhanyut dengan perlakuannya pada ku yang begitu tulus, dan aku menemukan zona kenyamananku. Ini tulus lalu kami bersenang-senang sampai akhirnya tiba-tiba dia menjauh dari ku. Sampai sekarang.” dia menahan nafas, dan memejamkan mata. “Kau tau Ana, itu membuat ku pusing. Sifat Mia yang perlahan menjadi berubah. Dari dia perduli padaku, memberi semua kenyamanan yang membuat ku jatuh dan terlena sehingga tidak sadar dengan perlahan pula dia melepaskan ku dari sering menjadi perlahan kemudian hilang. Benar-benar hilang menjadi nol.”

Aku menunduk dan tanpa sadar aku menggigit bibir bawah ku sendiri. Saat ini pikiran sedang bekerja mencerna ucapannya, setelah itu aku mengangkat kepala ku dan menatapnya kemudian aku sedikit terkejut saat melihat Marcus merogoh jaket hitamnya dan mengeluarkan sekotak rokok dan korek api.

“Kau merokok?” tanya ku dan dia mulai menyalakan rokok.

Marcus mulai menghisap rokok “Ini?” dia mengeluarkan asapnya dari mulutnya. “Sangat jarang sebenarnya aku hanya merokok disaat perasaan ku sedang tidak bisa terkontrol. Ini hanya sebuah plampiasan saja. Maaf Ana, akhirnya kau melihat salah satu dari keburukan ku.”

Terlihat jelas dia bukan seorang perokok ketika aku melihat dia terbatuk. Keras kepala dan bodoh pria ini. “Kau tidak bisa merokok, berhenti Marcus.”

“Kau benar tapi aku tidak bisa berhenti.” Jawabnya santai. Lalu dia terbatuk keras dan mengeluarkan air mata.

“Berhenti Marcus!” bentak ku dan merampas rokok dari tangannya dengan kesal aku masukan ke dalam air minum ku.

“Kita selesai saja.” Ucapnya lirih sangat pelan hampir saja aku tidak bisa mendengar ucapannya.

Aku terenyak dengan kalimatnya. Seketika jantung ku terasa di remas, pandang ku juga mulai mengabur lalu air mata turun begitu saja membasahi pipi ku. mendengar kalimatnya aku bahkan langsung menunduk, tidak sanggup menatpnya lagi. Terasa sekali hati ku berdenyut sangat keras bersamaan dengan darah ku yang berdesir. Lihat sekarang aku mulai kesulitan bernafas, lalu aku ingat ini adalah sesuatu yang sama saat aku rasakan dia mengajak ku kencan waktu kami berada di negeri ginseng hanya bedanya saat itu aku teramat sangat bahagia sedangkan saat ini terasa begitu pedih menyakitkan. Mulut ku terkunci tidak bisa mengeluarkan suara apapun. Tangan ku yang bergetar mengambil tas yang tersampir di kursi kemudian aku bangkit dan berjalan linglung keluar dari tempat ini. Ntah mengapa aku berjalan sangat pelan. Aku tertawa di sela-sela tangisan ku. Harus nya aku berjalan cepat atau berlari saja tetapi aku sadar aku ingin di kejar, ingin dihentikan. Ya itu hanya harapan karena kenyataannya dia tidak mengejar ku sama sekali ketika aku sampai di koridor apartementnya. Sialan. Di luar kendali aku berbalik arah dan kembali menuju masuk ke dalam apartemennya. Aku melihat dia memejamkan mata masih sambil merokok dan terbatuk.

“Berhenti bodoh! Berhenti menyakiti dirimu sendiri! Hei kau Marcus Cho keras kepala sialan, berhenti kau merokok benda sialan seperti itu!” aku berteriak sambil menangis keras. “Ini kah akhirnya yang terjadi? Hah! Oh ya tuhan aku baru sadar disini akulah yang sebenarnya bodoh. Mempercaimu yang meminta ku menjadi kekasihmu dengan waktu yang sangat cepat bahkan saat itu kita tidak begitu kenal satu sama lain. Kau bahkan tidak mencintai ku. Kau mencintai gadis lain aku tidak mengerti mengapa harus seperti ini. Mungkin bagimu ini sepele tapi Marcus kau tahu kau bermain dengan perasaan ku. Kau membawa ku merasa terbang lalu kau menjatuhkan ku dengan keras.” Aku menangis histeris. Terang saja aku tidak terima kalimatnya. Itu menghancurkan ku. aku tau ini mungkin berlebihan tapi sungguh ini begitu sangat menyakitkan. Seharusnya dia tidak usah datang di kehidupan ku.

“Kau boleh menyalahkan ku.” dia berbicara dengan nada tegas. “Kau benar aku adalah bajingannya. Kau bisa menampar atau memukul ku Ana, jika itu merasa lebih baik.”

Aku menggelengkan kepala. “Bagaimana bisa Marcus aku melakukannya. Beritahu aku bagaimana caranya.” Aku menarik nafas sebentar dan menghapus air mata ku. “Tidak bisa kah kau merasakan bagaimana aku begitu menyukai mu, begitu menyayangi mu dengan tulus. Aku merasa bodoh dan murahan sekali saat kau memperlakukan ku seperti ini. Kau tidak bertanggung jawab atas perasaan ku!” Aku terisak suara ku kadang menghilang tidak terdengar. “Kau harusnya tidak berbuat seperti ini pada ku Marcus. Sungguh kau menyakiti ku.” aku semakin terisak.

“Maaf kau merasa sakit gara-gara keegoisan ku yang berlari menyacari zona kenyamanan ku dan menjadikan mu sebagai sandaran. Aku sekarang mengerti tindakanku Ana.”dia menangkup wajah ku dan menatap ku dengan sorot mata lembut. Mata birunya yang indah memerah karena menahan luapan emosi. “Aku bajingannya. Kau bisa melepaskanku dan kau akan menemukan pria baik-baik yang begitu sayang dan mencintai mu dengan tulus.”

Aku menggelengkan kepala. Marcus, aku ingin dipertahankan bukan ingin dilepaskan. Yatuhan aku menjerit namanya dalam hati mengingkan dia tau apa yang ingin aku inginkan. Aku menepis kedua tangannya dan hendak berbalik tetapi dia menarik ku kedalam pelukannya. Tangisan masih mengisi keadaan.

“Maaf Ana. Kau seharusnya tidak terlibat dengan masalah ku.Aku menyesal. Aku akan mengantar mu pulang. Kau tidak harus bekerja besok. Aku akan mengurusnya, ku pastikan Rick tidak akan mempermasalahkannya.” Dia melepaskan pelukan dan mengambil kontak mobil di atas meja.

“Ini kah sesuatu yang ingin kau bicarakan pada ku Marcus?” aku bertanya dengan banyak harap dan meminta kepastian.

Lama Marcus hanya diam dan menatap mata ku seperti mencari-cari sesuatu. “Aku sebenarnya tidak tahu ingin membicarakan apa, tetapi yang ada dipikiran ku adalah ingin menceritakan dan menjelaskan semuanya padamu, tetapi melihat keadaan mu aku sulit menceritakan semuanya. Ini tidak seperti yang kau pikirkan Ana.”

Aku mengaggukan kepala. Mengerti dia adalah pribadi yang tidak ingin berbagi perasaan. Marcus adalah pria yang tertutup. Menyadari masih banyak sekali yang tidak ku ketahui dan pernyataannya barusan mengenai sulitnya berbicara padaku mengenai sesuatu membuat ku paham kalau dia tidak bisa terbuka padaku. Dia tidak menginkan ku. Sekarang aku memantapkan diri lalu membuka mulut.

“Marcus..”

“Hmmm.” Gumamnya.

“Sekarang aku mengerti. Kau tidak bisa menceriakan dengan jujur dan kau juga kurang terbuka padaku itu karena aku tidak bisa membuatmu nyaman. Aku bukan seseorang yang kau inginkan.” Aku tertawa sedikit untuk menormalkan keadaan ku yang sudah kacau. “Ayo kita selesaikan saja. Aku gadis baik dan tidak egois. Aku mencintaimu tetapi kau tidak menginkan ku jadi aku akan melepasmu.”

“Ana.. bukan seperti itu.”

Aku tersenyum. “Terimakasih Marcus. semua begitu sangat indah beberapa bulan terakhir bersama mu, kinerja ku meningkat dan aku begitu menikmati setiap waktunya saat bersama mu. Aku mempunyai hari yang begitu menyenangkan. Kau tidak perlu khawatir, besok tidak akan berbeda. Aku akan mengaggap semuanya baik-baik saja, bekerja seperti biasa.”

“Ana..” dia memanggil namaku dengan sangat lembut membuat darah ku bedesir merasa perih.

“Hei, aku mempunyai banyak urusan jadi malam ini biarkan aku pulang sendiri. Kau pria yang sangat tampan dan baik hati istrirahat lah.” Aku memeluknya sekali lagi dengan cepat. Aku mengambil kontak dari tangnnya dan menaruh kembali di atas meja. Lalu aku berjalan dengan dengan cepat kemudian berlari. Pandangan sudah tidak jelas mengabur karena air mata ku. Ini adalah keputusan ku. Melepaskannya adalah pilihan terbaik. Aku memang mencintainya tetapi keadaan berbeda, aku memang begitu lelah, marah dan kecewa tapi aku sadar dia memiliki alasan. Walaupun dia tidak menjelaskan semuanya padaku. Aku akan baik-baik saja. Tidak ada yang tahu bagaimana kehidupan seseorang selanjutnya. Yang ku pikirkan sekarang adalah berjalan dengan lurus, melakukan semua kegiatan yang menjadi rutinitasku. Setidaknya setelah aku melepaskan seorang yang bernama Marcus aku bisa merasa bahagia pernah menjadi bagian kehidupannya walau hanya sebentar. Ini tidak masalah sungguh aku bisa menyelesaikan masalah yang kecil seperti ini. Aku pernah mengalami masalah yang lebih sulit ketika duduk di bangu SMA menjadi murid yang sulit mengerti bagaimana menerima pelajaran. Jadi permasalah yang kecil ini aku bisa menyelesaikannya. Aku tahu mungkin Alice akan marah dan murka dengan Marcus Tetapi aku akan membiarkan itu. Mengingat Alice aku semakin berfikir optomis. Dialah yang menjadi keluarga ku semenjak di London. Ya aku mempunyai sahabat yang sangat peduli padaku. Pasti ini tidak akan sulit semua akan terasa mudah dan baik-baik saja. Aku akan terus optimis asalkan Marcus baik-baik saja. Hanya begitu saja untuk saat ini. Aku berjalan ke stasiun kereta, setelah naik aku mengeluarkan headset dan ponsel ku untuk mendengarkan lagu. Ini adalah satu cara membuat diri ku sedikit lebih nyaman. Aku memilih lagu, Cold Play-Fix You. Memejamkan mata dan mulai menikmati lagu ini selama diperjanan, memikirkan bagaimana hari ku selanjutnya. Aku pasti akan baik-baik saja. Pasti. Aku mengucapkan kalimat itu berulang-ulang sebagai mantra.

ColdPlay-FixYou

When you try your best but you don’t succeed
Saat kau berusaha sebaik-baiknya namun kau tak berhasil
When you get what you want but not what you need
Saat kau dapatkan yang kau inginkan namun tak kau butuhkan
When you feel so tired but you can’t sleep
Saat kau merasa begitu lelah namun tak bisa terlelap
Stuck in reverse
Selalu terbayang masa lalu

And the tears come streaming down your face
Dan air mata mengalir di wajahmu
When you lose something you can’t replace
Saat kau kehilangan sesuatu yang tak tergantikan
When you love someone but it goes to waste
Saat kau mencintai seseorang namun bertepuk sebelah tangan
Could it be worse?
Adakah yang lebih buruk dari itu?

Lights will guide you home
Cahaya ‘kan mengantarmu pulang
And ignite your bones
Dan menyulut belulangmu
And I will try to fix you
Dan aku kan berusaha membenahimu

And high up above or down below
When you’re too in love to let it go
Saat kau terlalu cinta dan tak bisa melepaskannya
But if you never try you’ll never know
Namun jika tak pernah mencoba kau takkan pernah tahu
Just what you’re worth
Betapa berharga dirimu

Lights will guide you home
Cahaya ‘kan mengantarmu pulang
And ignite your bones
Dan menyulut belulangmu
And I will try to fix you
Dan aku kan berusaha membenahimu

Tears stream down your face
Air mata mengalir di wajahmu
when you lose something you cannot replace
Saat kau kehilangan sesuatu yang tak tergantikan
Tears stream down your face
Air mata mengalir di wajahmu
And I
Dan aku

Tears stream down your face
Air mata mengalir di wajahmu
I promise you I will learn from my mistakes
Janjiku padamu aku kan belajar dari kesalahanku
Tears stream down your face
Air mata mengalir di wajahmu
And I
Dan aku
Lights will guide you home
Cahaya ‘kan mengantarmu pulang
And ignite your bones
Dan menyulut belulangmu
And I will try to fix you
Dan aku kan berusaha membenahimu

Tinggalkan komentar